Hidup di kota metropolitan seperti di Jakarta ini saya menemukan banyak kelucuan. Ngomong soal gaya hidup. Gaya hidup sehat, jalan kaki 1000 langkah per hari, duh, pak, buk, mbak, mas, di sana, di bagian lain negara kita ini, tanpa dikampanyekan jalan kaki 1000 langkah per hari sebagai bagian gaya hidup sehat, mereka pun sudah melakukannya, bukan, mereka melakukannya bukan sebagai bagian dari gaya hidup, tapi sebagai suatu keharusan, kalau ndak mau jalan jauh ya bisa ndak dapet air, ndak dapet kayu bakar, ndak dapet duit, dan sebagainya. Iya, mereka melakukan itu bukan untuk gaya-gayaan. Beda dengan warga metropolitan, mau jalan kaki saja harus daftar ke fitness center, atau kalau punya duit beli apa itu namanya yang buat jalan di tempat, treadmill ya? Pake sepatunya pun sepatu khusus, katanya biar ndak bikin cidera.
Lalu bersepeda, rame-rame pada ikutan bike to work. Berbondong-bondong ke toko sepeda, atau ke Pasar Rumput nyari sepeda bekas dan segala macam pernak-perniknya yang tak jarang perlu merogoh kocek cukup dalam. Hahahahaha....bapak saya sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu melakukannya. Nggowes sepeda kemana-mana, sepedanya pun sepeda onthel, ndak pake gigi-gigi-an, jelas bukan sepeda-sepeda bermerk dengan harga selangit itu. Dan bapak saya pun ndak pake demo minta dibuatkan jalur khusus pesepeda. Dan lagi-lagi, bapak saya pun bersepeda bukan untuk gaya-gayaan. Tapi karena memang cuma punya sepeda dan meski bisa mengendarai motor, beliau takut, jadi tetap memilih naik sepeda saja sampai sekarang.
Dari 2 contoh di atas itu, sebetulnya kita (yang di kota metropolitan) ini menerapkan gaya hidup atau hidup gaya yah? Atau menerapkan gaya hidup dengan tetap hidup bergaya, pokoknya biar ndak mati gaya dah.
Kalau sekarang gaya yang lagi ngetrend itu yang serba mobile ya? kemana-mana bawa netbook, atau blackberry, rasanya ndak bisa hidup tanpa barang-barang itu, entah barang itu memang dibutuhkan atau hanya sekedar jadi pelengkap hidup biar keliatan nggaya :D
0 komentar:
Posting Komentar